BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi
secara tulisan. Dalam hal berkomunikasi ,sebagai warga negara yang baik kita
hendaknya memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan
benar.
Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sub materi dalam ketata bahasaan
Indonesia ,yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa.
Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan
secara baik dan benar.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah pemakaian huruf
menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ?
2.
Bagaimanakah pemakaian huruf
kapital dan huruf miring menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ?
3.
Bagaimanakah penulisan kata
menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ?
4.
Bagaimanakah penulisan unsur
serapan menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ?
5.
Bagaimanakah pemakaian tanda baca
menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ?
C.
TUJUAN MASALAH
1.
Mengetahui pemakaian huruf
menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2.
Mengetahui pemakaian huruf
kapital dan huruf miring menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
3.
Mengetahui penulisan kata menurut
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
4.
Mengetahui penulisan unsur
serapan menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
5.
Mengetahui pemakaian tanda baca
menurut Ejaan Bhasa Indonesia yang Disempurnakan.
BAB III
PEMBAHASAN
I.
Pemakaian
Huruf
A. Huruf Abjad
Abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf ,yakni :
Huruf
|
Dibaca
|
Huruf
|
Dibaca
|
A
|
A
|
N
|
en
|
B
|
Be
|
O
|
o
|
C
|
Ce
|
P
|
pe
|
D
|
De
|
Q
|
ki
|
E
|
E
|
R
|
er
|
F
|
F
|
S
|
es
|
G
|
Ge
|
T
|
te
|
H
|
Ha
|
U
|
u
|
I
|
I
|
V
|
fe
|
J
|
Je
|
W
|
we
|
K
|
ka
|
X
|
eks
|
L
|
el
|
Y
|
ye
|
M
|
em
|
Z
|
zet
|
B. Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u ,e , dan o.
Contoh
:
a. Pemakaian
huruf vokal a dan i
Huruf
Vokal
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
A
|
api
|
tari
|
lusa
|
I
|
ini
|
siang
|
murni
|
Catatan : Dalam pengajaran lafal kata ,dapat digunakan tanda aksen jika ejaan
menimbulkan keraguan.
Misal : Ayah bekerja di kebun.
C. Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, ,j, k, l, m, n, p, q, r ,s, t, v, w, x, y, dan z.
Contoh
:
a. Pemakaian
huruf kosonan d dan m
Huruf
Konsonan
|
Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di
Awal
|
Di
Tengah
|
Di
Akhir
|
|
D
|
dari
|
ada
|
abad
|
M
|
mumi
|
nama
|
tanam
|
Catatan : huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.
D. Huruf Diftong
Huruf
ini dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh
:
a. Pemakaian
huruf diftong ai dan au
Huruf
Diftong
|
Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di
Awal
|
Di
Tengah
|
Di
Akhir
|
|
Ai
|
ainun
|
syair
|
pandai
|
Au
|
aurat
|
jauh
|
danau
|
E. Gabungan Huruf
Konsonan
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan
yaitu kh, ng, ny, sy.
Contoh
: Pemakaian huruf kh dan sy.
Gabungan
Huruf Konsonan
|
Pemakaian
dalam Kata
|
||
Di
Awal
|
Di
Tengah
|
Di
Akhir
|
|
Kh
|
khusus
|
akhir
|
tarikh
|
Ng
|
ngilu
|
bangga
|
perang
|
F.
Penggunaan Kata
1. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
a. Jikadi
tengah kata ada vokal yangberurutan ,pemenggalan dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
Contoh
: ma-in ,sa-at.
Huruf
diftong ai ,au ,dan oi tidak pernah dipisahkan dalam pemenggalan dua huruf itu
,misalnya : au-la bukan a-u-la.
b. Jika
di tengah kata ada huruf konsonan ,termasuk gabungan
huruf konsonan ,di antara dua buah huruf vokal ,pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan. Misal : mu-ta-khir, ba-pak.
c. Jika
di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan ,pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu karenan gabungan huruf konsonan
tidak pernah dipisahkan. Misal : bang-sa, man-di.
d. Jika
di tengah kata ada tuga buah huruf konsonan atau lebih ,pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan kedua. Misal :
ikh-las, bang-krut.
2. Imbuhan
akhiran dan imbuhan awalan ,termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya ,dapat
dipenggal pada pergantian baris. Misal : me-rasa-kan ,makan-nan.
Catatan :
a. Bentuk
dasar pada kata turutan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran
–i tidak dipenggal.
c. Pada
kata yang berimbuhan sisipan pemenggalan dilakukan seperti berikut :
Misalnya : si-nam-bung ,te-lun-juk.
3. Jika
suatu kata terdiri lebih darii satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain ,pemenggalan kata dapat dilakukan dengan
pemenggalan diantara unsur-unsur itu atau pada unsur gabungan itu sesuai dengan
kaidah 1a, 1b ,1c ,dan 1d di atas. Misal : foto-grafi ,fo-to-gra-fi.
II.
Pemakaian
Huruf Kapital dan Miring
A.
Huruf
Kapital
1. Dipakai
sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya :
·
Kita seorang
pejuang.
·
Apa maksudmu ?
2. Dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
Misalnya :
·
Desi bertanya,
”Kapan dia pulang?”
·
“Besok siang, ”
kata Ayah, ”Dia akan berangkat.”
3. Dipakai
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci ,temasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
·
Allah SWT.
·
Yang Maha Esa
·
Bimbing hamba-Mu
,ya Allah.
·
Al-Qur’an
4. Dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
Misalnya :
·
Mahaputra Yamin
·
Haji Abdul
Fattah
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya
:
·
Tahun ini dia
pergi naik haji.
·
Dia baru saja
diangkat menjadi datuk.
5. Dipakai
sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama
tempat.
Misalnya :
·
Wakil Presiden
Jusuf Kalla
·
Insinyur Soekarno
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat, yang
tidak diikuti nama orang atau nama tempat.
Misalnya
:
·
Siapa bupati
yang baru dilantik itu?
·
Besok adalah
pelantikan Brigadir Jenderal Ahmad menjadi mayor jenderal.
6. Dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
·
Marcelino
Lefrant
·
Dewi Rezer
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya
:
·
2 watt
·
mesin spinner
7. Dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa ,suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
·
suku Badui
·
bahasa Indonesia
huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa ,suku ,dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata keturunan.
Misalnya
:
·
mengindonesiakan kata asing
·
keinggris-inggrisan
8. Dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan ,hari, har raya ,dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
·
bulan Februari
·
Perang Uhud
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya :
·
Soekarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
9. Dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
·
Dataran Tinggi
Dieng
·
Lembah Baliem
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya
:
·
Berlayar ke
samudera
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya :
·
pisang ambon
10. Dipakai
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara ,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
·
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
·
Keputusan
Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama yang bukan nama resmi negara ,lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
·
menjadi sebuah
republik
11. Dipakai
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan ,lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya :
·
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
·
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
12. Dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku ,majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
·
Bacalah majalah
Bahasa dan Sastra
·
Ia menyelesaikan
makalah “Asas-Asas Hukum Perdata.”
13. Dipakai
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
·
Dr.
·
Sdr.
14. Dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya :
·
Mereka pergi ke
rumah Pak Lurah
·
Kakak bertanya,
“Itu apa, Pak?”
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya
:
·
Kita harus
menghormati Bapak dan Ibu kita.
Huruf
kapitatal dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya
:
·
Surat Anda telah
kami terima.
B.
Huruf
Miring
1. Dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya
:
·
majalah Bahasa dan Kesusastraan
·
buku Negarakertagama karangan Prapanca
2. Dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf ,bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
Misalnya :
·
Huruf pertama
kata abad ialah a
·
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
3. Menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah dsesuaikan ejaannya.
Misal :
·
Nama ilmiah buah
manggis adalah Carcinia Mangostana.
·
Politik divide et impera pernah ,merajalela di
negeri ini.
III.
Penulisan
Kata
A. KATA
DASAR
Kata
yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya
:
Ibu
percaya bahwa engkau tahu.
Kantor
pajak penuh sesak.
B. KATA
TURUNAN
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
Bergeletar
Dikelola
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,
awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya
:
Bertepuk
tangan
Sebar
luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis
serangkai.
Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata
yang hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan kata itu di tulis serangkai.
Misalnya
:
Mahasiswa
Mancanegara
Swadaya
Catatan
:
(1) Jika bentuk terikat di ikuti oleh kata
yang huruf awalannya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu di
tuliskan tanda penghubungn (-).
Misalnya
:
Non-Indonesia
Pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan yang bukan kata dasar, gabungan itu di tulis
terpisah.
Misalnya
:
Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa mmelindungi kita.
Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C. BENTUK
ULANG
Bentuk
ulang di tulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya
:
Undang-undang
Terus-menerus
D. GABUNGAN
KATA
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya di tulis terpisah.
Misalnya:
Duta
besar
Model
linier
2. Gabungan kata, termasuk istilah yang
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Misalnya
:
Mesin-hitung
tangan
Buku
sejarah-baru
3. Gabungan kata berikut di tulis
serangkai.
Misalnya
:
Daripada
Kepada
Padahal
Bagaimana
E. KATA
GANTI -ku, kau-, -mu, dan -nya
Kata
ganti -ku, dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu,
dan -nya di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya
:
Apa
yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F. KATA
DEPAN di, ke, dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam sebuah kata yang lazim di anggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Kita
perlu berfikir sepuluh tahun ke depan.
Ia
ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Catatan
:
Kata-kata
yang di cetak miring di bawah ini di tulis serangkaian.
Surat
perintah itu di keluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Kesampingkan
saja persoalan yang tidak penting.
G. KATA
si DAN sang
Kata
si dan sang di tulis terpisah dengan kata yang dari kata yang menggikutinya.
Misalnya
:
Surat
itu dikirim kembali kepada si pengirim..
Harimau
itu marah sekali karena sang kancil.
H. PARTIKEL
1. Partikel lah, kah, dang tah di tulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya
:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Jakarta
adalah ibu kota Republic Indonesia.
2. Partikel pun di tulis terpisah dari
kata yang mendahuluinya.
Misalnya
:
Apa
pun yang di makn ia tetap kurus.
Hendak
pulang pun sudah taka da kendaraan.
Catatan
:
Kelompok
yang lazim di anggap padu misalnya, adapun, andaipun, ataupun, bagaimanpun,
biarpun, kalaupun, maupun, meskipun, sekalipun, walaupun di tulis serangkai.
Misalnya
:
Adapun
sebab-sebabnya belum di ketahui.
Baik
para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
3. Partikel per yang berarti mulai, demi,
dan tiap di tulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
Misalnya
;
Pegawai
negri mendapat kenaikan gaji per 1 April
Harga
kain itu Rp. 2.000.000,- per helai.
I. SINGKATAN
DAN AKRONIM
1. Singkatan adalah bentuk yang di
pendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, nam
sapaan, jabatan, atau pangkat di ikuti dengan tanda titik.
Misalnya
:
A.S.
Kramawijaya
Muh.
Yamin
Sukanto
S.A
b. Singkatan nama resmi, lembaga
pemeintah, dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
yang terdiri dari huruf awal kata di tulis dengan huruf kapital dan tidak di
ikuti dengan tanda titik.
Misalnya
:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT Perseroan terbatas
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga
kata atau lebih di ikuti satu tanda titik.
Misalnya
:
Dll dan lain-lain
Dsb dan sebagainya
Dst dan seterusnya
Yth Yang terhormat
a.n atas nama
u.b untuk beliau
d.
Lambing kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
di ikuti tanda titik.
Misalnya
:
Cm centimeter
Kg kilogram
Rp rupiah
2. Akronim adalah singkatan yang berupa
huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan
huruf awal dari deret kata di tulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya
:
SIM Surat Ijin Mengemudi
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan
suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata di tulis dengan
huruf awal huruf kapital.
Misalnya
:
Akabri Akademik Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia
Kowani Konggres Wanita Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang
berupa gabungan huruf, suku kata, taupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya
:
Pemilu Pemilihan Umum
Tilang Bukti Pelanggaran
Catatan
:
Jika
di anggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperlukan syarat-syarat berikut.
(1) jumlah suku kata atau akronim hendaknya jangan melebihi jumlah suku kata
yang lazim pada kata Indonesia. (2) akronim di bentukkan untuk memperindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia
yang lazim.
J. ANGKA
DAN LAMBANG BILANGAN
1. Angka di pakai untuk menyatakan lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim di gunakan angka arab atau angka
romawi.
2. Angka di gunakan untuk menyatakan (i)
ukuran panjang, luas, berat, da nisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan
(iv) kuantitas.
Misalnya
:
5
kilogram
10
liter
10
persen
3. Angka yang lazim di gunakan untuk
melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, dan kamar pada alamat.
Misalnya
:
Jalan
Tanah Abang 1 No. 15
Hotel
Indonesia, kamar 196
4. Angka di gunakan juga untuk menomori
bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya
:
Surat
Yasin : 9
Bab
X, Pasal 5, Halaman 225
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf
dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya
:
Dua
belas 12
Dua
puluh dua 22
Dua
ratus dua puluh dua 222
b. Bilangan pecahan
Misalnya
:
Setengah
½
Satu
per tiga 1/3
6. Penulisan lambang bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya
:
Bab
II
Bab
ke-2
Bab
kedua
7. Penulisan lambing bilangan yang
mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya
:
Tahun
50-an atau tahun lima puluhan
Uang
5000-an atau lima ribuan
8. Lambing bilangan yang daoat di nyatakan
dengan satu atau dua kata di tulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambing
bilangan di pakai secara berurutan, seperti dalam perincihan dan pemaparan.
Misalnya
:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat di
tulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat di ubah sehingga bilangan yang
tidak dapat di nyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya
:
Lima
belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang
besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah di baca.
Misalnya
:
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu di tulis dengan
angka dan huruf sekaligus dalm teks kecuali di dalam dokumenresmi seperti akta,
dan kuitansi.
Misalnya
:
Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
12. Jika bilangan di lambangkan dengan angka
dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 (Sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
IV.
Penulisan
Unsur Serapan
Bahasa
Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah
maupun dari bahasai asing Sansekerta, Arab, Pertugis, Belanda, Inggris, dan
bahasa asing lain.
Berdasarkan
cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (1) unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan (2) unsur asing yang
pengucapan dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk
keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesia masih dpat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan
penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata
dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia, serapan lama yang sudah
dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan penyesuaian tadi.
Berikut
ini contoh unsur serapan itu.
Baku Tidak Baku
apotek apotik
atlet atlit
Baku Tidak Baku
beranggautakan beranggotakan
keanggotaan keanggautaan
V.
Pemakaian
Tanda Baca
A.
Tanda
Titik (.)
1. Dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
·
Ibuku tinggal di
Surabaya.
·
Biarlah mereka
tidur di sana.
2. Dipakai
dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan ,ikhtsar ,atau huruf.
Misalnya :
·
III.Departemen
Dalam Negeri
A. Direktorat
Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat
Jenderal Agraria
3. Dipakai
untuk memisahkan jam, waktu, menit ,dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
·
Pukul 1.53.23
(pukul 1 lewat 53 menit 23 detik)
4. Dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
·
0.23.30 jam (23
menit 30 detik)
5. Dipakai
di antara nama penulis ,judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru ,dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya :
·
Siregar,Merari.1920.Azab dan Sengsara.Weltervreden:Balai
Pustaka.
6. a. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatan.
Misalnya :
·
Tsunami yang
terjadi pada 2004 menewaskan 243.000 jiwa.
b. Tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukkan
jumlah.
Misalnya :
·
Galuh lahir pada
tahun 1998 di Jakarta.
7. Tidak
dipakai pada ahkir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,
tabel ,dan sebagainya.
Misalnya :
·
Bentuk dan
Kebudayaan (Bab I UUD ’45)
·
Acara Kunjungan
Adam Malik
8. Tidak
dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya :
·
Yth. Sdr.
Moh.Hasan
Jalan K.H. Ahmad Dahlan 54
Surakarta
B. Tanda Koma (,)
1.
Dipakai di
antara unsusr-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya
:
·
Rani membeli
buku, penghapus ,dan pensil.
·
Tiga ,dua , ...satu!
2.
Dipakai untuk
memisahkan kalimat yang setara satu dengan kalimat yang setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi
atau melaikan.
Misalnya
:
·
Dia bukan anak
saya ,melainkan anak Pak Hadi.
3.
a. Dipakai untuk
memisahkan anak kalmat dengan induk kalimat jika anak kalimat didahului induk
kalimatnya.
Misalnya
:
·
Kalau hari ini
hujan ,saya tidak akan datang
·
Karena sibuk, ia
lupa akan janjinya.
b.
Tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya jika anak
kalimatnya mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya
:
·
Saya tidak akan
datang kalau hari ini hujan.
·
Dia lupa akan
janjinya karena sibuk.
4.
Dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamya oleh karena
itu ,jadi ,lagi pula ,meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya
:
·
...Oleh karena
itu ,kita harus waspada.
·
...Jadi, soalnya
tidak semudah itu.
5.
Dipakai untuk
memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh
,kasian dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya
:
·
O, begitu ?
·
Wah ,bukan main
!
6.
Dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya
:
·
Kata Ibu, “Saya
gembira sekali.”
“Saya gembira sekali”,kata Ibu ,”karena
kamu lulus.”
7.
Dipakai di
antara nama dan alamat ,bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal ,dan nama
tempat atau wilayah dan negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya
:
·
Surat-surat ini
harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran ,Universitas Indonesia
,Jalan Raya Salemba 6, jakarta.
8.
Dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya
:
·
Alisjahbana,
Sutan Takdir. 1949. Tata-bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta
: PT Pustaka Rakjat.
9.
Dipakai di
antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya
:
·
WJ.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP
Indonesia.1967), hlm. 4.
10.
Dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga ,atau marga.
Misalnya
:
·
Ny.Ratulangi
,M.A.
11.
Dipakai di muka
angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya
:
·
Rp 12,50
12.
Dipakai untuk
mengapit keterangan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya
:
·
Semua siswa
,baik yang laki-laki maupun perempuan ,mengikuti latihan paduan suara.
13.
Dipakai untuk
menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya
:
·
Atas bantuan
Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
14.
Tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya
:
·
“Berdiri
lurus-lurus!” perintahnya.
C.Tanda Titik Koma (;)
1. a.Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya : Malam makin larut ; pekerjaan belum selesai
juga.
1.b.Dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran “Pilihan pendengar.”
D .Tanda Titik Dua (:)
1. a. Dipakai pada akhir suatu pernyaataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya
: Kita sekarang memerlukan perabit rumah tangga : meja, kursi, dan almari.
b. Tidak
dipakai jika rangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya
: Kita memerlukan meja, kursi ,dan almari.
2. Dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya
:
·
Ketua : M. Haryono
Sekretaris : Sulistiana
Bendahara : Naning
3. Dipakai
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya
:
ü Ibu
: (meletakkan beberapa koper) “Bawa koper ini ,Mir!”
ü Amir
: “Baik, Bu.” (mengangkat koper dan masuk)
ü Ibu:
“Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)
4. Dipakai
(i)di antara jilid atau nomor halaman, (ii)di antara bab dan ayat kitab suci,
(iii)di antara judul dan anak judul dalam suatu karangan, serta (iv)nama kota
dan acuan dalam karangan.
Misalnya :
·
Surah Al-Fatihah
: 6
E. Tanda Hubung (-)
i.
Menyambung
suku-suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris.
Misalnya :
·
Di samping
cara-cara lama itu juga ada ca-
ra yang baru.
ii.
Menyambung
awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan depannya pada
pergantian baris.
Misalnya :
·
Kini ada cara
baru untuk meng-
ukur panas.
iii.
Menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya : anak-anak ,berulang-ulang
iv.
Menyambung huruf
kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya : 8-4-1973 ,p-a-n-i-t-i-a
v.
Boleh dipakai
untuk memperjelas (i)hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan
(ii)penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya : tanggung jawab dan
kesetiakawanan-sosial ,ber-evolusi
vi.
Dipakai untuk
merangkaikan (i)se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
,(ii)ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata ,dan (v)nama jabatan rangkap.
Misalnya :
·
se-Tulungagung
·
ulang tahun
ke-17
vii.
Merangkaikan
unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya :
·
di-smash
·
pen-tackle-an
F
. Tanda Pisah
1. Membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
3. Dipakai
di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
G. Tanda Elipsis
(...)
1. Dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya : Kalau begitu ...ya, marilah
kita bergerak.
2. Menunjukkan
bahwa dalam kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan
...akan diteliti lebih lanjut.
H. Tanda Tanya (?)
1. Dipakai
pada akhir kalimat tanya.
Misalnya
: Siapakah dia ?
2. Dipakai
di dalam tanda kurung menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1888
(?).
I. Tanda Seru (!)
1. Dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan ,ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya : Merdeka!
J. Tanda Kurung
((...))
1. Mengapit
tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya : Bagian Perencanaan sudah
menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya : Keterangan itu (lihat Tabel
2) menunjukkan arus perkembangan pasaran.
3. Mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks tersebut dapat dihilangkan.
Misalnya : Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
K. Tanda Kurung
Siku ([...])
1. Mengapit
huruf, kata ,atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli.
Misalnya : Sang Sapurba men[d]engar
bunyi gemerisik.
2. Mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya : Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya [lihat halaman 3-7] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di
sini.
L. Tanda Petik
(“...”)
1. Mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Misalnya : Pasal 36 UUD 1945 berbunyi
,”Bahasa negara kita ialah Bahasa Indonesia.”
2. Mengapit
judul syair ,karangan ,atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya : Bacalah “Bola Lampu” dalam
buku Dari Suatu Masa ,dari Suatu Tempat.
3. Mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya : Ia bercelana panjang yang
dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya : Kata Rio ,”Saya juga minta
satu.”
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Misalnya : Karena warna kulitnya , Waode
mendapat julukan “Si Hitam”.
M. Tanda Petik
Tunggal (‘...’)
1. Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya : Tanya Basri ,”Kau dengar
bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Mengapit
makna ,terjemahan ,atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya : feed-back balikan
N. Tanda Garis
Miring
1. Dipakai
dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yng
terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya : No. 7/PK/1973
2. Dipakai
sebagai pengganti kata dan ,atau
,atau tiap.
Misalnya : harganya Rp 250,00 /lembar
O. Tanda
Apostrof (‘)
Menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya
: Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan )
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada saat ini bahasa Indonesia
menggunakan ejaan yang disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Penjelasan lebih lanjut mengenai aturan ejaan tersebut dimuat dalam (Pedoman
Umum) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang mengatur tentang (1)
pemakaian huruf, (2) pemakaian huruf kapital, (3) penulisan kata, (4) penulisan
unsur serapan,(5) pemakaian tanda baca.
Dengan memperhatikan pedoman umum
tersebut hendaknya kita dapat berbahasa dengan baik dan benar.
B. KRITIK
dan SARAN
Sekian makalah dari kami apabila
terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya ,kritik dan saran dari
pembaca kami nantikan guna mnjadikan kami lebih baik untuk penulisan karya
tulis kedepannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
sangat bermanfaaat terimkasih
BalasHapus